.


Minggu, 10 Juni 2012

Rangkaian Kolom Kluster I: 11 Pendekatan Strategi Pemasaran


   
                         
A
da sebelas pendekatan strategi pemasaran yang dapat dijadikan acuan. Berikut ini secara berurutan diperlihatkan suatu pendekatan strategi pemasaran yang bersifat alternatif dan generik. Tentunya hal ini sangat diharapkan dapat membantu memberi kejelasan serta kemudahan terutama bagi para akademisi dan manajer yang berkecimpung di dalam bidang pemasaran, sehingga penerapannya akan dapat membawa manfaat bagi kemajuan organisasi bisnis atau perusahaan.  Ke 11 pendekatan strategi pemasaran akan dipaparkan secara berurutan sebagai berikut.

A.  Pendekatan Efisiensi versus Efektivitas
Dalam cara pendekatan ini, apapun keputusan strategi yang akan diambil haruslah merupakan pencerminan dari adanya keseimbangan antara faktor efisiensi (daya guna) dengan faktor efektivitas (tepat guna).
Dengan strategi efisiensi, perusahaan berusaha untuk memperoleh laba dengan caramenekan biaya produksi dan pemasaran serta memperbesar volume atau nilai penjualannya.
Pengurangan biaya produksi dengan melaksanakan standardisasi memungkinkan timbulnya permintaan harga-harga yang rendah untuk produk -produk yang tidak distandardisasikan.
Suatu strategi efektivitas akan mencapai sasaran jika produk yang dibuat oleh perusahaan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Jika produk tersebut telah sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen, maka konsumen akan bersedia untuk membayar dengan harga yang  tinggi. Dalam mempertimbangkan pilihan strategi yang mendasar ini, perusahaan harus dapat memperhitungkan syarat-syarat yang diperlukan oleh kedua pendekatan strategi tersebut.
Jika suatu perusahaan telah menetapkan untuk memilih suatu pendekatan strategi pemasaran tertentu, maka perlu memelihara dan menjaga agar perusahaan tidak bertindak tergesa-gesa dalam pelaksanaanya. Suatu perusahaan yang memilih strategi efisiensi, pada dasarnya dapat kehilangan fleksibilitasnya dengan cepat sehingga tidak mempunyai kemampuan lagi untuk melakukan penyesuaian diri terhadap berbagai perubahan yang terjadi. Oleh karena itu perusahaan telah kehilangan sebagian besar kemampuannya dalam mencapai sasaran atau efektivitasnya. Akan tetapi jika perusahaan hanya melaksanakan pendekatan efektivitas semata akan menyebabkan biaya-biaya meningkat, sehingga dalam menghadapi pesaing, perusahaan akan mengalami persaingan harga.
Oleh karenanya dalam memilih pendekatan strategi efisiensi atau efektivitas akan lebih banyak merupakan masalah penekanan kepada salah satu faktor dari dua alternatif faktor yang telah disebut tadi. Namun penekanan kepada faktor manapun   yang akan diambil, kedua macam strategi tersebut akan dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan.

B. Strategi Segmentasi Pasar versus Counter-Segmentation
Suatu pendekatan yang mendasarkan kepada strategi segmentasi pasar versus counter-segmentation erat kaitannya dengan masalah pendekatan efisiensi versus efektivitas. Yang menjadi pokok masalah adalah proses memilih pasar sasaran yang akan dituju. Terlepas apakah pasar itu akan didekati sebagai kesatuan yang homogin atau heterogin, tentu yang dijadikan titik tolak pendekatan memilih pasar, adalah konsumen dengan pola kebutuhan dan keinginannya. Jadi jika perusahaan ingin mendekati pasar melalui kelompok konsumen yang homogin, maka terlebih dahulu perlu melakukan pendekatan strategi segmentasi pasar. Sebaliknya jika perusahaan mendekati pasar melalui kelompok konsumen yang heterogin, maka perusahaan perlu menggunakan pendekatan strategi counter-segmentation.
Segmentasi pasar adalah pembagian pasar yang semula merupakan kelompok konsumen yang heterogin menjadi kelompok konsumen yang homogin, dimana masing-masing kelompok dapat dicapai dengan bauran pemasaran yang sesuai dengan pasar sasaran yang dituju. Segmentasi pasar mempunyai suatu keuntungan bagi perusahaan, karena perusahaan dapat mengkhususkan diri kepada segmen pasar tertentu, sehingga dapat melindungi diri terhadap persaingan serta dapat mencapi kepuasan konsumen. Namun dalam hal ini segmentasi pasar akan mempunyai sifat positif jika dasar-dasar segmentasi yang digunakan tidak fiktif dan segmen-segmen tersebut memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1.   Homoginitas segmen dapat dibedakan dengan segmen lain;
2.   Pasar yang akan dikelompokan harus cukup besar;
3.   Sifat pasar harus dapat diukur dan didekati; dan
4.   Stabilitas pasar dapat terjamin.
Suatu perusahaan yang melakukan segmentasi pasar dapat mengkhususkan diri hanya kepada satu segmen saja. Akan tetapi dapat pula mengarahkan perhatiannya kepada berbagai segmen. Pada suatu keadaan dimana:
1.   Untuk melaksanakan diferensiasi produk biaya akan meningkat; dan
2.   Pasar terpecah-pecah dalam sejumlah banyak segmen - segmen (hypersegmentation); maka pada masa seperti resesi timbul indikasi untuk melakukan strategi sebaliknya, yaitu counter-segmentation.
Counter-Segmentation meliputi suatu strategi yang meniadakan segmen-segmen pasar maupun menggabungkan beberapa segmen pasar. Di banyak pasar ternyata konsumen bersedia untuk mengalihkan sebagian dari kebutuhan dan keinginannya untuk ditukar dengan produk bernilai rendah. Tindakan demikian terutama terjadi pada keadaan dimana konsumen mendapat tekanan sosial-ekonomi sehingga kurang mampu untuk mremenuhi seluruh kebutuhan dan keinginannya dengan produk yang bernilai tinggi. Sehubungan dengan kondisi tersebut, maka counter-segmentation baru dapat berarti jika pendekatannya dapat dilakukan dengan cara menekan biaya.
Dalam mempertimbangkan apakah perusahaan akan memilih strategi segmentasi atau counter-segmentation, maka perusahaan dapat mendasarkan kepada dua kriteria, yaitu:
1.   Pada saat perusahaan akan meniadakan atau menggabungkan beberapa segmen pasar, apakah memiliki kemungkinan untuk melakukan penghematan biaya produksi dan biaya pemasaran ; dan
2.   Kesediaan konsumen untuk menerima lebih banyak produk (yang dihasilkan tanpa dilakukan standardisasi) dengan harga yang diturunkan.
Counter-segmentation akan lebih disukai jika terdapat kemungkinan penghematan biaya dan elastisitas harga positif. Tetapi dalam keadaan sebaliknya, maka perusahaan dapat mempersiapkan diri untuk melakukan penelitian segmentasi pasar agar perusahaan dapat lebih mengenal dasar-dasar segmentasi pasar atau untuk memperbaiki dasar-dasar segmentasi pasar yang sudah ada.

C. Penempatan Persaingan
Di dalam praktik, pada hakekatnya strategi pemasaran merupakan pertimbangan bagaimana perusahaan menyelesaikan masalah dalam menghadapi persaingan. Hal ini berarti bahwa perusahaan perlu mengenal tingkat dan sifat persaingan terlebih dahulu. Pertimbangan tersebut perlu dilakukan dan sangat tergantung kepada tiga faktor, yaitu:
1.   Ancaman yang timbul dari pesaing baru yang menghasilkan barang dan/atau jasa sejenis;
2.   Adanya perusahaan lain yang menghasilkan barang dan/atau jasa subtitusi; dan
3.    Skala perusahaan yang berbeda;
4.    Diferensiasi produk dengan identifikasi merek;
5.    Syarat-syarat keuangan;
6.    Pengalaman;
7.    Kekhususan dalam saluran distribusi; dan
8.    Kebijakan pemerintah, seperti dengan telah dikeluarkannya Daftar Skala Prioritas (DSP) oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), telah menutup peluang bagi perusahaan-perusahaan baru pada sektor-sektor usaha tertentu, antara lain listrik dan minyak bumi.
9.   Adanya rivalitas.
Perlu juga kita fikirkan bahwa para pesaing sebagai pendatang baru ini kadang dapat menimbulkan permasalahan bagi perusahaan yang sudah ada. Akan tetapi ada beberapa hal yang dapat mengurangi permasalahan ini, antara lain disebabkan oleh adanya keuntungan yang diperoleh dari:
Perusahaan yang menghasilkan produk-produk substitusi yang menetapkan batas atas harga sekelompok produknya, kadang dapat mendesak keluar para pesaing yang sudah ada. Oleh karena itu para pesaing tersebut akan berusaha membedakan produk mereka dari produk-produk substitusi tersebut yang memiliki harga yang lebih murah. Hal ini terutama ditujukan pada perusahaan substitusi yang telah memperbaiki rasio kualitas harga atas komponen dasarnya atau terhadap produk-produk substitusi yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan yang menguntungkan. Dengan demikian maka dilihat dari segi strategis hal ini adalah tepat. Adapun mengenai faktor rivalitas maka persaingan harga, penjualan produk dibawah harga pokok dan perang periklanan, sebenarnya hanyalah merupakan sebagian dari tindakan-tindakan yang adakalanya dilakukan dalam keadaan pasar yang stabil. Juga dalam sektor-sektor industri yang memiliki sejumlah besar pesaing yang sederajat serta dengan produk yang tidak dapat dibedakan atau yang dapat cepat rusak atau membusuk. Bagi setiap perusahaan yang akan menempatkan diri dalam posisi persaingan sangatlah perlu untuk memperhatikan faktor-faktor tersebut diatas. Kunci bagi pertumbuhan dan kemungkinan untuk dapat hidup terus adalah memilih suatu posisi yang kurang peka disetiap faktor-faktor tadi, yang mencakup Strategi pemimpin, penantang, pengikut, dan pembagi pasar.
Strategi pemimpin pasar merupakan suatu strategi yang sifatnya antisipasi (ingin menjangkau kedepan), yakni ingin menguasai dan mengendalikan evaluasi persaingan. Biasanya pendekatan yang demikian hampir terdapat dalam setiap sektor-sektor industri. Namun bagi para manajer yang akan melakukan pendekatan yang demikian haruslah tetap waspada untuk senantiasa berusaha mempertahankan pangsa pasarnya terhadap serangan dari luar. Tujuan utama mereka adalah untuk menjadi atau tetap menjadi nomor satu, dapat  dirinci menjadi tiga bagian :
1.   Mencari kemungkinan-kemungkinan baru untuk memperluas pasar yang ada, antara lain dengan cara menciptakan konsumen-konsumen baru, meningkatkan frekuensi pemakaian, dan menumbuhkan pola konsumsi baru; dan
2.   Tetap mempertahankan pangsa pasar yang dimiliki, dan untuk mempersenjatai diri terhadap serangan-serangan dari luar, perusahaan dapat memilih beberapa cara, seperti :
a.   Strategi inovasi.
Strategi yang demikian ini memiliki prinsip bahwa serangan pasar adalah merupakan cara pembelaan diri yang paling baik, oleh karena itu perusahaan biasanya akan melaksanakan serangkaian tindakan pembaharuan dalam variabel-variabel pemasaran - seperti produk, distribusi dan pelayanan - maupun pada proses produksinya;
b.   Strategi memperkuat diri.
Melakukan tindakan yang terkoordinasi pada setiapa kombinasi bauran pemasaran, yakni melalui cara-cara yang khas berusaha mempertahankan ruang gerak mata-rantai organisasi distribusinya, mempertahankan harga yang sedang, memperkenalkan produk melalui kampanye periklanan yang baru, dan sebagainya;
c.    Strategi konfrontasi.
Menjawab serangan dari pihak pesaing dengan cara melakukan perang promosi atau perang harga;
d.   Strategi destruksi.
Cara yang ditempuh sudah menjurus ke arah yang sangat keras, di mana pimpinan perusahaan biasanya akan mengancam secara paksa para rekanan penjual atau perantara untuk melakukan pemboikotan terhadap para pesaingnya yang lebih kecil. Di samping itu pimpinan perusahaan dapat juga menarik tenaga-tenaga terbaik yang ada dan bekerja di pihak para pesaingnya, dan seringkali dengan menawarkan gaji yang lebih tinggi ataupun jaminan sosial lainnya yang lebih baik dan menarik.  Bahkan cara lain yang lebih langsung adalah dengan membeli atau mengakuisisi perusahaan milik pihak para pesaingnya, dan hal yang demikian memang mungkin dapat terjadi.
3.   Mencoba mempertinggi pangsa pasar yang dikuasainya. Jika perusahaan memiliki   pangsa pasar di bawah atau lebih kecil daripada 40 %, maka peningkatan pangsa pasar ini akan dapat memberikan arti yang positif bagi perusahaan. Akan tetapi jika perusahaan telah memiliki pangsa pasar di atas 40 %, maka perlu lebih waspada sebab kenaikan di atas dari jumlah persentase tersebut tidak selalu akan menguntungkan lagi.
Selanjutnya strategi penantang pasar adalah merupakan cara yang dipakai untuk mencoba meningkatkan pangsa pasar melalui konfrontasi langsung, seperti membeli atau mengakuisisi perusahaan pesaing yang berskala kecil. Tentu strategi yang demikian sangatlah ofensif.
Jika cara yang dipergunakan adalah strategi pengikut pasar, maka hal ini merupakan kebalikan dari strategi penantang pasar.  Perusahaan tidak melancarkan serangan-serangan, akan tetapi mencoba untuk tumbuh dengan menarik sebahagian dari konsumen-konsumen baru agar mau membeli kepadanya ataupun dengan melemparkan produk ke kelompok pangsa pasar yang lain.
Cara lainnya adalah dengan menggunakan strategi memilah pasar, di mana pasar dipilah menurut segmen-segmen tertentu yang sifatnya lebih khusus lagi. Kunci daripada pemikiran ini adalah spesialisasi, seperti keakhlian di dalam pemakaian akhir, karakteristik produk dan geografi.
Dari sebagian besar pendekatan-pendekatan strategis tersebut di atas pada umumnya perusahaan akan mencari sektor-sektor industri di mana kekuatan para pesaing sangat lemah. Cara yang paling banyak dipergunakan adalah penempatan posisi produk dengan membedakan karakteristik dari produk itu sendiri. Melalui teknik-teknik tertentu, seperti Multidimensional Scaling (MDS) akan dapat diperoleh data atau informasi mengenai ruang gerak produk, sehingga akan memudahkan perusahaan  memilih posisi apa yang belum diisi oleh para pesaing yang ada, sehingga peluang untuk menjadi monopolis atau oligopolis cukup terbuka dengan lebar. Namun perusahaan haruslah bersikap waspada apakah pendekatan ini mampu untuk dilaksanakan ditinjau dari segi teknik produksi atau operasi, pemasaran, dan keuangan.

D. Pendekatan Permintaan
Philip Kotler sebagai salah seorang pakar pemasaran yang cukup terkemuka serta senantiasa mengkaji masalah pemasaran ini dengan tekun, mencoba melontarkan suatu susunan skema kerangka pemikiran strategis yang berorientasi ke pasar, sehingga mau tak mau perusahaan haruslah mencoba menyesuaikan strategi yang akan ditempuhnya bedasarkan berbagai jenis permintaan pasar yang meliputi: permintaan negatif, tidak ada permintaan, permintaan potensial, permintaan berkurang, permintaan yang tidak teratur, permintaan pada tingkat yang dikehendaki, permintaan terlalu besar, dan permintaan yang tidak dikehendaki.
Strategi pemasaran yang membalik (convertion-marketing) perlu dilakukan jika memang sebagian konsumen atau bahkan seluruh konsumen sudah sangat tidak menyukai lagi serta menolak produk yang ditawarkan. Pada hakekatnya didasarkan atas data atau informasi serta berbagai pertimbangan yang relevan, strategi ini diarahkan untuk menimbulkan perubahan sikap pada konsumen.
Di samping itu cara lain yang mungkin dapat dipakai adalah strategi pemasaran mendorong (stimulation-marketing), di mana permintaan konsumen timbul karena diciptakan oleh perusahaan walaupun hal tersebut bukan merupakan suatu kebutuhan dan keinginan bagi si konsumen. Namun cara yang demikian banyak sekali mendapat tantangan bahkan dianggap sebagai hal yang kurang etis, dan di samping itu juga cara yang demikian akan menuntut biaya yang sangat tinggi.
Pada dasarnya masyarakat senantiasa membutuhkan suatu produk, tinggal tergantung bagaimana cara perusahaan untuk dapat menggali produk tersebut yang sifatnya masih terpendam (potensial) menjadi produk yang sudah  tentu akan digemari oleh para konsumen. Kreativitas yang demikian kita sebut sebagai strategi pemasaran pengembangan (development-marketing) .
Jika pada suatu saat permintaan terasa berkurang, maka perusahaan pun dapat pula mengambil langkah penyelamatan dengan cara menghidupkan kembali produk tersebut. Dengan kata lain dapat disebut sebagai usaha untuk meniupkan hidup baru kepada produk dan/atau jasa yang ada. Usaha ini disebut sebagai strategi pemasaran kembali (remarketing).
Di samping cara-cara seperti apa yang baru saja diuraikan, masih terdapat beberapa cara lain lagi yang dapat kita pergunakan, diantaranya adalah strategi yang diterapkan  perusahaan untuk menciptakan permintaan yang merata (synchro-marketing). Sebagai contoh misalnya saja percakapan telepon di malam hari relatif akan lebih murah, jika dibandingkan pada siang hari, atau pada musim di luar liburan tarif hotel relatif lebih murah. Hal yang demikian ditempuh dengan harapan akan meningkatnya permintaan pada masa-masa yang sepi, agar biaya tetap yang dikeluarkan dapat tertutupi sehingga perusahaan tidak sampai menderita kerugian.
Akan tetapi jika selama pola permintaan masih berjalan sebagaimana yang dikehendaki, strategi yang telah diambil oleh perusahaan haruslah tetap dapat dipertahankan, dan cara yang demikian disebut sebagai strategi pemasaran pemeliharaan (maintenance-marketing).
Demikian pula halnya suatu pengurangan permintaan yang besar secara berencana dan tidak terasa, terkadang harus pula dilakukan oleh perusahaan kalau memang perusahaan akan lebih mengkhususkan diri kepada satu segmen pasar tertentu saja yang dianggap menguntungkan. Cara yang demikian dapat disebut sebagai strategi pemasaran peniadaan (demarketing).
Seandainya permintaan yang datang justru kepada barang dan/atau jasa yang dianggap merugikan perusahaan ataupun barang  dan/atau jasa yang memang tidak dikehendaki oleh perusahaan, maka alternatif yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah ini adalah dengan melaksanakan strategi pemasaran menentang  (counter-marketing).

E. Pendekatan Siklus Kehidupan Produk (PLC)
Pendekatan strategi secara PLC ini tumbuh dengan berlandaskan pada pengertian tentang siklus kehidupan produk yang dihasilkan suatu perusahaan, yang secara berurutan dimulai dari tahap pengenalan (introduction), pertumbuhan (growth) dan kematangan (maturity) sampai menuju tahap penurunan (decline).
Pendekatan yang demikian akan membawa kita kepada beberapa alternatif pendekatan strategis, yang antara lain :
1.   Strategi kombinasi bauran pemasaran (marketing mix strategy).
Strategi kombinasi bauran pemasaran perkembangannya dapat dilihat melalui PLC. Pada tahap pengenalan, cara promosi sangat penting dilakukan dengan harapan agar produk lebih dikenal (cobalah produk saya); cara ini terus berlanjut pada tahap pertumbuhan yang bertujuan agar merek dari produk tersebut lebih dikenal (belilah merek saya). Dalam tahap kematangan, upaya lebih ditekankan pada kebijakan harga disamping cara-cara promosi, karena pada tahap ini umumnya terjadi suasana persaingan harga yang tajam. Sedangkan jika perusahaan tidak mampu untuk melaksanakan cara tersebut, maka sebaiknya perlu mengembangkan produk antara lain dengan membuat produk baru.
2.   Strategi penguluran pasar ( market-stretching strategy).
Strategi ini mengandung pengertian adanya perpanjangan kehidupan dari suatu produk, yaitu apabila saat produk telah mencapai tahap kematangan maka prusahaan berkewajiban untuk berusaha menahan penurunan produk tersebut. Caranya adalah dengan memberikan dorongan pertumbuhan baru kepada pasar secara :
a.   Mendorong peningkatan frekuensi pemakaian produk;
b.   Mempropagandakan pemakaian produk yang lebih bervariasi;
c.    Menciptakan konsumen-konsumen baru; dan
d.   Menemukan penerapan-penerapan baru guna keperluan perbaikan material maupun produk itu sendiri secara utuh.

3.   Strategi pemerasan pasar ( market-eliminating strategy)
Perusahaan dapat juga melaksanakan suatu strategi pemerasan pasar jika suatu produk sudah berada dalam tahap kejenuhan. Pada tahap ini perusahaan menarik kembali seluruh dana yang tersedia, walaupun untuk sementara waktu produk tersebut masih dapat mendatangkan keuntungan. Keseluruhan dana yang telah berhasil ditarik kembali tersebut, kemudian digunakan untuk keperluan lain yang lebih penting bagi perusahaan.

Penggabungan PLC dengan siklus kehidupan proses (PRLC) dapat memperbesar relevansi strategis dari pendekatan tersebut. Pendekatan PLRC menggambarkan perkembangan proses produksi dari produksi skala kecil yang fleksibel tetapi mahal, menuju ke produksi berkesinambunggan dan masal, di mana efektivitas dan fleksibilitas perlu mengalah untuk efisiensi. Pada umumnya selama periode PLC, perkembangan proses produksi berjalan dari produksi skala kecil pada tahap pengenalan menuju produksi masal pada tahap kematangan .
Kemungkinan lain bagi perkembangan proses produksi dapat merupakan pilihan antara kegiatan yang mengarah kepada fleksibilitas dengan konsekuensi meningkatnya biaya-biaya, atau penempatan posisi menuju suatu peningkatan efisiensi yang disebabkan karena adanya penurunan fleksibilitas.
Namun perusahaan dapat juga memilih suatu strategi inovasi, yakni dengan cepat memasuki perkembangan pasar dengan produksi skala kecil dan pada tahap kematangan melaksanakan desinvestasi. Atau perusahaan tersebut dapat juga langsung memasuki pasar jika mereka telah memiliki volume atau nilai penjualan (omset) yang cukup besar di pasar. Perusahaan yang demikian ini dapat langsung memproduksi dengan proses yang berkesinambungan.

F. Pendekatan Teknologi
Di kebanyakan pasar pada umumnya, produk-produk teknologi memiliki berbagai variabel yang khas terutama di pasar-pasar yang bersifat lebih teknologis-dinamis, seperti pada pasar alat-alat elektronika, telepon genggam, komputer dan bahan-bahan kimiawi, dimana produk-produk tersebut sangat cepat mengalami perubahan. Mungkin hari ini produk tersebut masih  dikatakan baru, namun esok lusa sudah ada produk pengganti lain yang lebih baru. Walaupun demikian ada juga produk-produk dan pasar-pasar yang tidak secara cepat berkembang ataupun berubah.
Jika memang akan melancarkan suatu strategi pembaharu teknologis, maka perlu diperhatikan di sini bahwa perusahaan harus sanggup berusaha keras agar dapat menjadi pihak yang pertama atau salah satu dari yang pertama kali menerapkan teknologi produk baru dalam dunia bisnis dan perdagangan. Oleh karena itu para pembaharu (inovators) dan para pemakai pertamakali (early adopters) termasuk sasaran pasar dari perusahaan-perusahaan yang menjalankan pendekatan demikian.
Dilihat dari kebijakan pemasaran yang akan ditempuh, maka dirasakan perlu adanya tindakan perusahaan yang menekankan pada kebijakan produk, pengertian tentang segmen-segmen pasar yang diperbaharui, serta perlengkapan penjualan dengan teknologi tinggi.
Jika memang strategi yang demikian sudah secara bulat akan  dipergunakan oleh perusahaan, maka perlu diperhatikan sebelumnya bahwa ada dua hal negatif yang akan terus membayangi langkah ini, yakni :
1.   Para pengikut pasar sudah terlebih dahulu muncul di pasar dengan cepat; dan
2.   Perusahaan yang melaksanakan pembaharuan sering sekali menitikberatkan hanya kepada segi-segi teknologinya saja, sehingga pengamatan terhadap realitas situasi bisnis dan perdagangan berikut kewaspadaan menjadi menurun.
Khusus untuk pengikut pasar teknologis ini perusahaan dapat segera mengambil alih teknologi yang tersedia secara cepat dan efisien, di mana perusahaan yang demikian akan lebih mengkhususkan diri kepada pangsa pasar yang menunjukkan volume atau nilai penjualan paling besar.
Akan tetapi pada pasar yang berteknologi rendah, sangat dianjurkan untuk menggunakan :

1.   Strategi efisiensi, yakni kemampuan teknis perusahaan dipergunakan untuk dapat melaksanakan pembaharuan dalam penghematan biaya pada proses teknik produksinya; dan
2.   Pembaharuan bauran pemasaran, yakni perusahaan mengadakan tindakan-tindakan pembaharuan pada penetapan harga, kemasan produk, saluran distribusi, cara-cara promosi dan sebagainya.
Keempat strategi yang telah dikemukakan tersebut pada hakekatnya dapat dianggap bersifat kaku,  namun pada kenyataannya variasi strategi diatas lebih banyak dipergunakan perusahaan.

G. Pendekatan Pangsa Pasar
Strategi yang bedasarkan pendekatan pangsa pasar seringkali mengandung pengertian yang sama dengan strategi pertumbuhan  pasar. Jika kita menggabungkan pendekatan pangsa pasar dengan pertumbuhan pasar, maka konsep pendekatan pangsa pasar akan menjadi lebih luas. Hal ini berarti di samping tindakan peningkatan pangsa pasar dalam kaitannya dengan pengertian pertumbuhan pasar, juga dilakukan tindakan pemantapan atau bila dimungkinkan pengurangan pangsa pasar. Hal demikian terbukti, dengan adanya unit-unit bisnis skala kecil yang pada umumnya merupakan pelaku usaha  golongan ekonomi lemah, yang walaupun hanya memiliki pangsa pasar yang kecil, akan tetapi usaha mereka ini dapat tetap berjalan sinambung.
Selanjutnya perlu juga diuraikan di sini beberapa pandangan yang berkaitan dengan pendekatan pangsa pasar, antara lain:
Pertama, kita akan melihat adanya korelasi positif antara besarnya pangsa pasar dengan besaran kemampulabaan  yang diperoleh perusahaan. Hal ini berarti perusahaan dengan pangsa pasar yang besar akan memiliki tingkat kemampulabaan yang tinggi pula. Namun perlu diperhatikan di sini bahwa tingkat volume atau nilai penjualan yang tinggi pada hakekatnya akan menimbulkan efek-efek skala, spesialisasi dan kemampuan bargaining power yang tinggi pula pada sisi pengadaan.
Dari gambaran diatas tersebut kita peroleh beberapa tambahan pengetahuan strategis, antara lain adalah :
1.   Akan merupakan suatu kealpan jika suatu perusahaan menekan biaya sesuai para pesaingnya. Hal ini justru akan menimbulkan posisi yang tidak bersaing;
2.   Perusahaan yang tidak berhasil tumbuh secepat para pesaingnya, akan selalu berakibat kurang menguntungkan. Disamping itu para pesaing yang besar akan selalu berusaha menekan biaya dan memperbesar keuntungannya; dan
3.   Ada baiknya perusahaan membeli barang-barang kebutuhannya dari para penjual atau vendornya yang memiliki pangsa pasar yang besar. Hal ini dikarenakan mereka memiliki kesempatan untuk menekan biaya atau menawarkan barang-barang dengan harga yang lebih rendah.
Kedua, peningkatan pangsa pasar tidak selamanya merupakan strategi yang terbaik. Jika pangsa  pasar hanya merupakan fungsi dari pertumbuhan pasar, maka dalam pasar yang stabil besaran pangsa pasar itu hanya dapat dinaikan dengan mengurangi pangsa pasar dari perusahaan yang lain (penetrasi). Hal ini tentunya tidak mudah terjadi sebab perusahaan kompetitor tersebut akan mempertahankan diri juga secara mati-matian. Terkecuali jika perusahaan sedang ikut di dalam suatu tahap pertumbuhan dari pasar yang berkembang. Dalam hal ini masih terbuka kemungkinan bagi perusahaan untuk memperbesar pangsa pasarnya dengan cara menarik sebagian besar (secara tidak proporsional)  sejumlah pelanggan baru untuk melakukan pembelian barang kepadanya. Tentunya strategi ini merupakan pendekatan yang sangat mahal dan dapat berlangsung cukup lama, sebelum langkah investasi ini dapat menghasilkan suatu keuntungan.
Adanya Kenaikan pangsa pasar dan pertumbuhan pasar dapat diartikan sebagai suatu kenaikan pengeluaran uang kas yang tidak sedikit jumlahnya. Hal ini berarti pula bahwa suatu pangsa pasar yang besar di dalam pasar yang stabil akan membuka perspektif untuk pengeluaran uang kas tersebut. Dari perspektif kombinasi pendekatan pangsa pasar dan pertumbuhan pasar dapat disarankan beberapa pendekatan strategis seperti di bawah ini :
1.   Pendekatan mempertahankan pangsa pasar, yakni dengan melindungi pangsa pasar;
2.   Sedapat mungkin menghindarkan diri dari cash traps, terkecuali jika posisi pengeluaran uang kas masih memungkinkan atau menunjukan angka yang positif;
3.   Menaikkan pangsa pasar dengan menyeleksi dan meloloskan beberapa produk saja, sedangkan produk yang lainnya terpaksa di-desinvestasikan; dan
4.   Dana-dana tambahan yang diperoleh dari langkah desinvestasi dan pendekatan mempertahankan pangsa pasar dapat dipergunakan untuk membiayai kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang), serta pendekatan menaikan pangsa pasar atau desinvestasi.
Jika kita menggabungkan pertumbuhan siklus kehidupan suatu produk (PLC) dengan pendekatan pangsa pasar, maka strategi optimalnya dapat dicapai dengan cara:
1.   Pada tahap perkenalan melaksanakan investasi dengan maksud untuk mencapai pangsa pasar terbesar (dominan);
2.   Tindakan pada butir (1) di atas akan tetap dipertahankan sampai dengan tahap kematangan ; dan
3.   Akhirnya melaksanakan tindakan desinvestasi sebelum memasuki tahap penurunan. Tentunya, pada tahapan ini (dapat juga pada tahap kematangan) jika dilakukan tindakan peningkatan pangsa pasar, hasilnya akan sia-sia saja.
Ketiga, sebelumnya telah diperbincangkan mengenai bagaimana perusahaan yang memiliki pangsa pasar yang kecil dapat ditingkatkan. Namun nyatanya tidak sedikit perusahaan dengan pangsa pasar yang kecil dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar dari pada rata-rata keuntungan yang diperoleh perusahaan umumnya pada sektor industri yang sama. Hal ini disebabkan karena pada umumnya perusahaan dengan pangsa pasar yang kecil, disamping memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi juga mampu untuk menghasilkan produk yang khas dan tidak mudah ditiru. Oleh karena itu kebanyakan unit usaha kecil yang sukses pada umumnya memiliki empat pilihan strategis, yakni:
1.   Mereka merumuskan segmen-segmen pasarnya dengan cara yang khas dan kreatif, sehingga berhasil menemukan segmen-segmen pasar yang sesuai dengan kemampuan sumber dayanya;
2.   Dengan seluruh kemampuan sumber daya yang ada, mereka mencoba melacak secara tekun untuk selalu berusaha menekan biaya produksinya, dan di samping itu juga berusaha mengadakan hubungan yang erat dengan para pelanggan utamanya;
3.   Mereka berfikir sederhana dan umumnya menghindarkan diri dari menghasilkan produk yang beraneka ragam; dan
4.   Adanya pengaruh yang besar dari figur pimpinan sehingga mereka mampu bekerja dengan keras dan ulet.

H. Pendekatan  Pertumbuhan Pasar versus Tanpa Pertumbuhan Pasar.
Kalau kita kembali menoleh ke belakang pada keadaan di sekitar tahun enampuluhan (the golden sixties) di mana pemikiran mengenai pemasaran yang berkembang pada saat tersebut adalah menekankan pada pendekatan pertumbuhan pasar.  
Namun keadaan ekonomi yang mulai bergejolak pada tahun tujuh puluhan telah mengakibatkan mulai ditinggalkannya pendekatan pertumbuhan pasar tersebut dan beralih ke pendekatan tanpa pertumbuhan pasar. Gejala ini dipertegas lagi dengan adanya berbagai krisis ekonomi di mana dunia usaha telah ditandai dengan adanya pertumbuhan yang menurun. Bertambahnya pengangguran yang dibarengi dengan adanya kenaikan tingkat inflasi pada akhir-akhir ini telah mengakibatkan sindrom pertumbuhan dalam dunia pemasaran telah hampir dilupakan. Walaupun demikian masih ada para pakar dan praktisi  yang menggunakan pendekatan pertumbuhan pasar di dalam merumuskan perencanaan strategi pemasaran mereka.
Berikut ini akan diperlihatkan empat macam pendekatan yang berkaitan dengan strategi pertumbuhan pasar versus tanpa pertumbuhan pasar.
Pendekatan dalam rangka mengejar pertumbuhan pasar dapat dilakukan dengan memperbesar volume atau nilai penjualan melalui 4 cara, yakni :
1.   meningkatkan  frekuensi volume atau nilai pembelian dari para pelanggan pada segmen yang ada (suatu tindakan penetrasi pasar) melalui usaha-usaha pemasaran yang agresif;
2.   menghasilkan produk-produk baru (suatu pendekatan pengembangan produk) untuk ditujukan pada segmen pasar yang ada;
3.   menambahkan segmen pasar baru bagi produk yang ada (suatu tindakan pengembangan pasar); dan
4.   menghasilkan berbagai jenis produk (suatu pendekatan diversifikasi) untuk ditujukan pada segmen-segmen pasar yang baru.
Sebagaimana telah diketahui, usaha untuk mengejar pertumbuhan pada beberapa pasar baru ini (suatu tindakan investasi) akan berarti adanya penurunan bagi tindakan-tindakan porsi usaha yang lainnya dengan maksud untuk menghindarkan terjadinya kekurangan dana kas (suatu strategi desinvestasi).
Dalam keadaan demikian, semua  dana yang diperlukan untuk mengembangkan suatu produk dapat ditiadakan agar diperoleh suatu keuntungan dari langkah tersebut (suatu tundakan pemerasan).
Banyak perusahaan sudah tidak sanggup lagi untuk memikirkan pertumbuhannya di masa depan dan mereka justru lebih memusatkan pemikirannya untuk mempertahankan posisinya di pasar yang ada pada saat ini, agar kelangsungan hidup perusahaan dapat tetap terjamin (suatu strategi supaya dapat terus hidup). Bahkan pada banyak perusahaan terdapat pangsa-pangsa pasar yang pertumbuhannya tidak membawa keuntungan lagi. Langkah yang tepat untuk mengatasi hal ini adalah dengan melaksanakan tindakan stabilitas.
Suatu studi oleh para pakar pemasaran telah menunjukan dengan jelas, bahwa perusahaan yang terhenti, juga berpotensi untuk mendatangkan keuntungan. Tanpa dibarengai dengan langkah tindakan  penjualan, tentunya perusahaan tersebut tidak akan dapat memenuhi biaya umum. Oleh karenanya perusahaan yang terhenti akan dapat membawa keuntungan jika pimpinan perusahaan melaksanakan dua langkah tindakan, yakni:
1.   Menyadari kelemahan-kelemahan yang dimiliki dan kemudian dilanjutkan dengan melakukan berbagai tindakan investigasi terhadap karakteristik yang sesungguhnya dari pasar yang tidak berkembang. Perlu diperhatikan disini bahwa melakukan penambahan investasi pada suatu kondisi pasar yang seperti demikian tidak akan membawa keuntungan dan disamping itu pertumbuhan yang pesat tidak akan diperoleh kembali. Selanjutnya, perusahaan pun perlu menyadari bahwa suasana persaingan akan dapat menjadi lebih tajam dan kegiatan usaha masih perlu diintensifkan lagi; dan
2.   Pada pasar yang stabil ataupun yang menurun, perusahaan yang kreatif dapat tetap memperoleh sukses dengan cara menekankan pada perbaikan kualitas produk, menurunkan biaya produksi (melalui tindakan spesialisasi atau konsolidasi dari proses produksi) dan juga dengan berusaha menguasai kembali segmen pasar yang hilang. Selain itu dengan menyerahkan tugas kepada para manajer yang tepat serta menciptakan suatu proses regenerasi yang baik oleh pucuk  pimpinan merupakan hal yang tidak kalah pentingnya.

I.     Pendekatan Pertumbuhan Interen versus Pertumbuhan Eksteren
Jika secara interen perusahaan tidak memiliki pengetahuan praktis maka perusahaan-perusahaan dengan landasan keuangan yang kuat terkadang akan didorong untuk melaksanakan suatu tindakan ekspansi eksteren. Kalau memang tindakan yang demikian dilaksanakan, berarti dapat dikatakan bahwa perusahaan melaksanakan strategi-strategi yang bersifat integratif walaupun hal ini sesungguhnya dapat menelan biaya yang  besar.
Pada umumnya strategi yang bersifat integratif dapat dibagi menjadi tiga bagian, yakni :
1.   Strategi integrasi ke belakang (backward integration) Hal ini merupakan kegiatan di mana perusahaan berusaha menjamin kelangsungan hidupnya dengan mengarahkan perhatian ke pasar yang menjual kebutuhan bahan baku atau material. Tindakan yang demikian dilaksanakan dengan tujuan untuk memperoleh pengawasan dan kepastian akan selalu tersedianya input produksi yang dianggap penting dan tentunya pula dapat diperoleh dengan harga yang rendah. Pada hakekatnya integrasi ke belakang ini bukan lagi merupakan suatu strategi yang hakiki;
2.   Strategi integrasi ke depan (foreward integration) Hal ini merupakan kegiatan lanjutan menuju ke arah distribusi dan para pemakai (konsumen antara dan akhir); dan
3.   Strategi integrasi yang mendatar (horizontal integration).  Hal ini dapat dilaksanakan dengan dua cara:
a.      Dalam sektor industri yang sejenis, maka perusahaan berusaha mengakuisisi perusahaan para pesaing, sehingga dengan demikian dapat meningkatkan pangsa pasarnya; dan
b.      Di luar sektor industri yang sejenis, maka perusahaan berusaha memperluas jenis-jenis produk yang dihasilkannya.

J. Pendekatan Margin
Tidak sedikit perusahaan dalam melaksanakan kebijakan dan strateginya menitik beratkan kepada pendekatan margin. Hal ini dilakukan dengan cara meningkatkan nilai tambah (added value) atas pelbagai produk yang dihasilkannya. Perusahaan yang menggunakan cara pendekatan demikian itu pada hakekatnya memiliki dua sifat, yakni:
1.   Perusahaan memilih segmen pasar yang memiliki potensi untuk mendatangkan laba; dan
2.   Perusahaan mengerjakan sebagian dari kegiatan bisnisnya dengan penuh kesungguhan.
Di dalam memilih pasar-pasar yang memiliki potensi untuk mendatangkan laba, maka perusahaan dapat mendasarkan diri pada dua kriteria, yang berfungsi sebagai alat bantu, yaitu:
1.   Pasar yang memiliki kemungkinan untuk dilaksanakannya diferensiasi, baik dalam arti fisik maupun keluasan ragam produknya; dan
2.   Pasar yang memiliki sifat peka terhadap harga, di mana hal ini bergantung pada:
a.   Arti dari suatu produk bagi si pembeli, seperti: selera, kesehatan, status sosial, kesenangan dan kualitas; dan
b.   Arti dari harga suatu produk bagi keseluruhan pengeluaran pihak pembeli, seperti misalnya di sini untuk barang-barang yang memiliki harga yang tinggi serta mempunyai pengaruh yang terbatas terhadap pembeli maka di sini umumnya kepekaan harga akan selalu tinggi.
Para manajer dapat mengidentifikasi pasar mana yang mengandung potensi keuntungan yang menarik, yakni suatu segmen pasar  yang memiliki kombinasi antara unsur kemungkinan besar untuk melaksanakan diferensiasi dengan kepekaan harga yang rendah.
Perlu juga diperhatikan di sini bahwa setelah perusahaan berhasil memilih segmen pasar yang dituju, maka tidak berarti perusahaan telah cukup memenuhi persyaratan untuk memperoleh laba yang tinggi. Akan tetapi selanjutnya harus pula diikuti dengan melaksanakan tindakan-tindakan yang tepat, sambil memperhitungkan segi-segi kekuatan dan kelemahan yang ada pada perusahaan.
Dalam memilih tindakan mana yang tepat untuk dilaksanakan oleh suatu perusahaan sangat tergantung pada kombinasi antara dua hal. Di satu pihak sejauh mana tingkat kemampuan suatu perusahaan dapat menyesuaikan diri terhadap kebutuhan si pembeli dan dilain pihak berapa banyak jumlah satuan produk yang dipesan oleh si pembeli.
Jika kita renungkan secara mendalam, bukankah pemasaran itu tidak lain merupakan tindakan yang berusaha untuk mengawinkan kapasitas produksi suatu perusahaan dengan kebutuhan pembeli yang selalu berubah? Untuk itu dapat dilakukan dengan memilih salah satu cara pendekatan sebagai berikut:
1.   Pemasaran yang berorientasi kepada produksi, yaitu suatu cara di mana perusahaan menitik beratkan pada biaya produksi yang rendah dan saluran distribusi yang meluas;
2.   Pemasaran yang berorientasi kepada account, yaitu suatu cara di mana perusahaan menitik beratkan untuk menjalin relasi penjualan hanya dengan pembeli-pembeli tertentu yang tergolong besar saja, seperti : instansi pemerintah dan rumah-rumah sakit. Mereka ini digolongkan oleh perusahaan sebagai kelompok pembeli yang mendapat prioritas utama dan biasanya cara ini dipilih dalam rangka mengejar jumlah satuan produk yang dijual;
3.   Pemasaran atas dasar pesanan, yaitu suatu cara dimana penyerahan atas pesanan didasarkan dari persediaan produk-produk yang telah distandarkan. Hal ini tentunya akan memerlukan persyaratan yang tinggi atas efisiensi dan efektifitas distribusi; dan
4.   Pemasaran yang bersifat fleksibel, yaitu suatu cara dimana perusahaan akan memproduksi barang dengan mengikuti persyaratan-persyaratan yang dikehendaki oleh para pembeli. Oleh karena itu diperlukan kemampuan fleksibilitas perusahaan yang tinggi. Cara yang demikian sangat sesuai sekali diterapkan bagi unit-unit usaha yang berskala kecil di mana dengan cepat dapat menyesuaikan diri dengan keadaan, karena resiko yang ditanggung untuk melakukan tindakan penyesuaian adalah kecil.

K. Pendekatan Daya Tarik Pasar versus pemposisian Bisnis Perusahaan.
Ada dua kriteria yang dapat digunakan jika perusahaan akan memakai pendekatan bedasarkan daya tarik pasar versus pemposisian bisnis perusahaan. Kedua kriteria tersebut secara relatif dapat menentukan daya tarik bagi suatu perusahaan untuk menamkan modal pada suatu sektor industri tertentu; adapun faktor-faktor interen dan faktor-faktor eksteren yang ada pada perusahaan perlu kita perhitungkan juga, kedua kriteria tersebut dapat dirinci sebagai berikut :
1.   Sampai seberapa jauh suatu pasar cukup menarik bagi suatu perusahaan. Tingkat daya tarik pasar bagi suatu perusahaan antara lain tergantung pada faktor-faktor: potensi pertumbuhan pasar, luas pasar, tingkat perolehan laba, tingkat persaingan, pengaruh musiman dan faktor-faktor lingkungan; dan
2.   Bagaimana posisi bisnis perusahaan itu sendiri. Posisi bisnis suatu perusahaan antara lain dapat dinyatakan melalui faktor-faktor: pangsa pasar, harga produk, biaya produksi, kualitas produk dan fleksibilitas bisnis.
Walaupun di sana-sini masih dirasakan adanya kesulitan metodologis, namun pendekatan ini dapat dipakai sebagai alat analisis strategi yang mendasar atau generik. Pada tahap pertama para pakar strategi pemasaran akan menentukan terlebih dahulu pengaruh apa yang akan terjadi dengan dilaksanakannya strategi stabilitas. Dengan kata lain, jika tidak dilakukan perubahan-perubahan di dalam pendekatan strategis, maka akan sulit diketahui posisi bisnis perusahaan dalam waktu 2, 3 atau 5 tahun mendatang. Dalam hal ini diperlukan kemampuan intuisi yang tajam serta pengetahuan yang mendalam tentang pasar dan faktor-faktor lingkungannya.
Selanjutnya pada tahap yang kedua, para pakar strategi pemasaran perlu mempertimbangkan berbagai alternatif tentang posisi bisnis perusahaan sebagaimana yang tersaji berikut ini. Namun perlu diingat, dalam melaksanakan pertimbangan yang demikian, perlu diperhitungkan kinerja keuangan apa yang diharapkan akan dapat diperoleh serta reaksi-reaksi apa saja yang akan timbul dari para pesaing. Adapun alternatif yang perlu dipertimbangkan disini adalah:
1.   Menanamkan modal dengan maksud mempertahankan posisi bisnis perusahaan pada berbagai pasar sasaran yang stabil;
2.   Menanamkan modal untuk melaksanakan penetrasi pasar  dan hal ini biasanya dilaksanakan pada tahap perkenalan dan tahap pertumbuhan yang cepat;
3.   Menanamkan modal untuk menguatkan posisi bisnis perusahaan dengan cara merebut kembali posisi bisnis yang pernah dikuasai;
4.   Menanamkan modal secara selektif dengan maksud memperkuat posisi bisnis perusahaan di berbagai segmen pasar yang memiliki persentase perolehan laba yang positif; selain itu menarik penanaman modal pada berbagai segmen pasar yang dirasakan sudah kurang menarik lagi atau sudah mencapai kejenuhan; dan
5.   Menanamkan modal dalam jumlah yang relatif kecil atau melaksanakan pemerasan pasar untuk keperluan kelancaran pengeluaran arus kas.
Last but least, perlu ditekankan di sini bahwa  pendekatan daya tarik pasar versus pemposisian bisnis perusahaan ini bukanlah merupakan cara pendekatan strategi yang mudah. Sebab, di samping diperlukan pengetahuan yang mendalam mengenai anatomi pasar dan pengetahuan tentang pendekatan itu sendiri, maka di sini diperlukan pula kemampuan berfikir yang sehat, nalar argumentatif dan bahkan daya intuitif di kalangan para pengambil keputusan strategik di tingkat perusahaan maupun pemasaran.

Jakarta, 11 Juni 2012

Faisal Afiff

0 komentar:

Posting Komentar